BAHASA ROH

Malam itu saya dan teman saya asyik ngobrol. Kami berdua sama-sama Kristiani hanya berbeda geraja. Saya Gereja Katolik, dia Gereja Kristen Indonesia (GKI).
Teman : "Di Gereja Katolik ada kegiatan pemuda ngga?"
Saya    : "Ada. Kumpulannya disebut OMK"
Teman : "Apa aja tuh kegiatannya?"
Saya    : "Banyak. Doa bersama, devosi, sharing iman, karismatik, dan masih banyak lagi"
Teman : "Di Katolik ada karismatik?"
Saya    : "Iya. PDKK alias Persekutuan Doa Karismatik Katolik"
Teman : "Ada bahasa roh juga dong?"
Saya    : "Yup"
Teman : "Menurut kamu bahasa roh itu apa? Bisa dipelajari ngga?"
Saya    : terdiam sesaat. "Bahasa roh itu karunia Roh Kudus jadi ngga bisa dipelajari. Aku pernah ikut pencurahan Roh Kudus, tapi ngga dapet karunia bahasa roh. Mungkin karena belum waktunya, bisa juga mungkin aku ngga cocok dapet karunia itu. Aku juga ngga minta sama Tuhan dapet karunia itu sih. Aku cuma minta karunia pengendalian diri, biar ngga emosian dan lebih bijaksana"
Teman : "Ntar kalo kamu lagi diskusi sama senior di PDKK atau baca2 tentang bahasa roh menurut Gereja Katolik share ke saya ya."
Saya   : "Sip deh"

Setelah itu saya sering browsing tentang bahasa roh, nah penjelasan berikut mungkin bisa membantu teman2 yang butuh penjelasan lebih lanjut juga mengenai bahasa roh (terutama dalam PDKK)

a) Umumnya karunia ini diberikan pada saat/ setelah orang tersebut bertobat dan mempunyai komitmen yang baru untuk percaya dan berserah secara total kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya.

b) Karunia berdoa di dalam Roh ini merupakan pemenuhan janji Rom 8:26, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.”
Oleh dorongan Roh Kudus, seseorang yang mendapat karunia bahasa Roh akan dapat berdoa dengan cara yang baru, yang tidak pernah dikenalnya sebelumnya. Pada saat ia memusatkan hati memuji Allah dan membuka mulutnya, maka ia akan mengeluarkan “keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” yang melibatkan pergerakan lidahnya, sehingga bahasa Roh kadang juga disebut bahasa lidah. Inilah yang dikenal dengan berdoa dengan bahasa Roh, di mana Roh Kudus sendiri yang membantunya berdoa.

c) Buah dari bahasa Roh ini adalah sesuai dengan buah Roh Kudus yang dijanjikan, yaitu, kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (Gal 5:22). Maka pengalaman pada saat orang mendapat karunia berdoa dalam bahasa Roh, pertama-tama adalah pengalaman akan kasih Tuhan, yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, dengan suka cita dan damai sejahtera yang melimpah.

d) Seseorang yang mendapat karunia berdoa dalam bahasa Roh ini dapat menggunakannya pada saat ia berdoa, namun ia mempunyai kuasa untuk menggunakannya atau tidak, ataupun mengendalikannya. Jadi bukan seperti orang ‘kesurupan’ di mana ucapan-ucapan menjadi tidak terkendali.

e) Umumnya seseorang dapat memperoleh karunia bahasa Roh dalam pertemuan doa yang dikenal dalam Seminar Hidup dalam Roh Kudus (SHDR), namun tidak menutup kemungkinan diperolehnya karunia ini dalam doa pribadi, doa rosario, maupun pada saat mendoakan Ibadat Harian, seperti yang pernah dialami oleh Fr. Raniero Cantalamessa, pengkhotbah kepausan di Roma, dan pada saat membaca dan merenungkan Kitab Suci, seperti yang dialami oleh Mother Angelica, pendiri EWTN (Eternal Word Television Network), atau saat berdoa Adorasi di hadapan sakramen Maha Kudus, seperti yang dialami oleh beberapa mahasiswa Katolik pertama yang menerima karunia Roh Kudus tersebut dalam ‘Duquesne weekend’ di tahun 1967.

f) Namun apapun caranya, akibat yang dialami dari orang yang menerima karunia bahasa Roh, adalah pengalaman dikasihi oleh Allah dan semangat yang luar biasa untuk membalas kasih-Nya, kesadaran akan kehadiran Allah dalam hidupnya dan membina hubungan yang pribadi dengan-Nya. Pengalaman rohani ini mendorongnya untuk selalu selalu bertobat dan memperbaiki diri, dan melakukannya dengan senang hati. Selanjutnya, ada yang terinsiprasi untuk membaca Kitab Suci, mempelajari tulisan para Bapa Gereja, dan mempelajari imannya karena didorong oleh keinginan yang besar untuk semakin mengenal Allah dan Kebenaran-Nya. Ada pula yang terdorong untuk semakin memberikan komitmen dalam doa pribadi dan doa syafaat bagi orang lain, melibatkan diri dalam komunitas kerasulan awam, semakin menghayati misteri kasih Allah di dalam sakramen- sakramen dan sebagainya.

2. Ada orang yang berdoa dengan keras dengan bahasa tak dikenal. Apakah itu bahasa Roh? Bagaimana menafsirkan?
Jawabannya bisa ya, bisa tidak. Agaknya sulit untuk menentukan, sebab terdapat beberapa faktor yang menentukan. Mungkin sebaiknya kita melihat kepada Alkitab untuk menyikapinya. Walaupun tidak secara eksplisit dibedakan, namun Alkitab menuliskan setidaknya terdapat perbedaan perwujudan doa dalam bahasa Roh ini:

a) merupakan doa pribadi, di mana Roh Kudus berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan yang tak terucapkan (Rom 8:26). Jadi dalam hal ini, keluhan yang tak terucapkan tersebut merupakan bentuk doa pribadi, sehingga tidak memerlukan interpretasi untuk diketahui orang lain. Menurut pandangan saya, jika didoakan bersama dalam satu kesatuan/harmoni, bentuk doa ini, walau tidak diinterpretasikan, tetap terdengar indah.

b) merupakan perkataan dalam bahasa lain (salah satu bahasa di dunia), yang sebelumnya tidak diketahui oleh sang pembicara, yang dapat dimengerti oleh yang mendengarkannya, karena sesuai dengan bahasa yang dipergunakan oleh negara asal pendengar (lih. Kis 2:7-11).

c) merupakan perkataan dalam bahasa yang bukan merupakan salah satu bahasa di dunia, yang diucapkan kepada jemaat sebagai nubuat. Bahasa Roh ini memerlukan interpretasi, entah dari orang yang mengatakannya atau dari orang lain, dengan maksud membangun umat (lih. 1 Kor 14:5, 13), sebab tanpa interpretasi maka umat yang hadir tidak mengerti akan apa yang sedang dibicarakan. Untuk maksud inilah Rasul Paulus berkata, dalam pertemuan umat, setidaknya dua atau tiga mengucapkan doa bahasa Roh, dan dilanjutkan dengan interpretasinya (lih. 1 Kor 14:  27, 29).
Jika tidak ada yang menginterpretasikan bahasa Roh ini, menurut Rasul Paulus, lebih baik digunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh semua orang, untuk membangun iman umat yang hadir (lih.  Kor 14:19). Oleh karena itu, memang Rasul Paulus mendorong agar ibadat bahasa roh ini diadakan dengan tertib (lih. 1 Kor 14:33, 40). Maksudnya di sini, jangan sampai di pertemuan jemaat orang saling berbicara keras, yang melibatkan lebih dari tiga nubuatan dalam bahasa Roh namun tidak ada yang menginterpretasikannya.
Penafsiran bahasa Roh ini bukan suatu ilmu yang bisa dipelajari, namun merupakan karunia Tuhan. Karunia menafsirkan bahasa Roh ini dihubungkan dengan karunia bernubuat (lih. 1 Kor 12:10; 14:5). Rasul Paulus berkata, “Usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang berkata-kata dalam bahasa Roh.” (1Kor 14:39)

3. Bagaimana meyakinkan bahwa bahasa Roh tersebut berasal dari Allah?
Yesus mengajarkan agar kita menilai baik dan buruknya suatu pohon dari buahnya (Mat 12:33). Maka khusus mengenai bahasa Roh ini, kita menilainya buahnya dari:

a) Jika karunia bahasa Roh tersebut memberikan pertobatan sejati yang terus menerus dalam kehidupan orang tersebut.

b) Jika karunia bahasa Roh tersebut menghasilkan buah yang baik sesuai dengan pengajaran Alkitab: kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (lih. Gal 5:22)

c) Jika karunia tersebut menjadikan orang tersebut semakin rendah hati untuk bertumbuh di dalam iman dan pengenalannya akan Allah, dan untuk menggunakan karunia yang diberikan oleh Roh Kudus itu untuk membangun umat. 

d) Selanjutnya untuk memeriksa keotentikan karunia nubuat, ialah: nubuat itu harus sesuai dengan Alkitab dan yang diajarkan oleh Gereja Katolik, sebab Roh Kudus tidak mungkin mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang sudah pernah diwahyukan-Nya kepada Gereja.

e) jika nubuat yang disampaikan bertentangan dengan Alkitab dan ajaran Gereja, apalagi kemudian tidak terbukti, maka dapat dikatakan itu bukan dari Roh Kudus


“Bahasa roh seperti karunia lainnya, bukan tanda kesucian atau tanda keunggulan iman!”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Modem Telkomsel Flash Bisa Untuk Kartu GSM Lain

Villa Mambruk Anyer

Kitab Tertua di Alkitab