Berpuasa Sebelum Menyambut Komuni
Paus Yohanes Paulus II dalam ajaran resmi mengenai
komuni pertama untuk anak-anak menegaskan: “adalah menjadi tugas
orangtua serta mereka yang menggantikan kedudukan orangtua dan juga
pastor paroki untuk mengusahakan agar anak-anak yang telah dapat
menggunakan akal budi dipersiapkan dengan baik dan secepat mungkin,
sesudah didahului Sakramen Tobat, diberi santapan Ilahi itu....” Dalam
konteks persiapan itulah pembinaan selama ini dibuat dan kunjungan para
romo ke keluarga komuni pertama diadakan.
Lalu "Apakah peraturan
dalam Gereja Katolik berpuasa satu jam sebelum menyambut komuni masih
berlaku?” Pertanyaan ini sebenarnya tidak mudah, apalagi di zaman di
mana segala sesuatu tentang iman lebih dilihat dari sudut praktis dan
masuk-akalnya saja. Saya sengaja mengedit tulisan P. Saunders berjudul “Straigth Answers: Why Fast Before Communion?” untuk membantu memberi sedikit keterangan sebagai jawaban.
Peraturan atau Ajaran Gereja:
Praktek
puasa sudah sangat biasa dalam tradisi Yahudi. Dalam Kis 13:2 kita
mendapat salah satu bukti tentang puasa sehubungan dengan liturgi.
Dengan menetapkan aturan puasa satu jam sebelum komuni, Gereja
sebenarnya menetapkan sebuah refleksi baru atas tradisi / kebiasaan kuno
yang sudah ada. Kalau mengamati sejarah memang terjadi perkembangan
praktek puasa ini, sebelum tahun 1964 puasa untuk menyambut komuni kudus
dimulai tengah malam. Paus Paulus VI, pada tanggal 21 November 1964,
mengurangi tenggang waktu puasa itu menjadi hingga satu jam saja. Kitab
Hukum Kanonik no. 919 menyebutkan: “yang hendak sambut Ekaristi
Mahakudus hendaknya berpantang dari segala macam makanan dan minuman
selama waktu sekurang-kurangnya satu jam, terkecuali air semata-mata dan
obat-obatan.”
Ternyata
peraturan ini diberlakukan dengan pengecualian-pengecualian. Pertama,
untuk imam yang merayakan ekaristi lebih dari satu misa pada hari yang
sama, maka imam tersebut hanya terikat satu jam puasa sebelum misa yang
pertama. Kedua, mereka yang lanjut usia (usia 60 tahun ke atas) atau
sakit, maupun mereka yang merawatnya, dapat menyambut komuni meskipun
dalam waktu satu jam sebelumnya telah makan sesuatu. Bahkan dikatakan
bahwa orang-orang ini puasa mereka dikurangi sampai “kurang lebih
seperempat jam” (Bdk. Immensae Caritatis, 1973).
Mengapa Kita Berpuasa?
Pertanyaan
dasar yang perlu kita ajukan adalah apa alasan kita diminta untuk
berpuasa satu jam sebelum menyambut komuni? Disini ada beberapa
alasan sebagai bahan renungan kita:
1. Puasa satu jam sebelum komuni mengungkapkan matiraga demi penguasaan diri. St Paulus mengatakan “kami
senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan
Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami” (2Kor 4:10).
Jadi sebenarnya matiraga itu membantu kita manusia untuk memerdekakan
diri dari belenggu dosa dan kecenderungan-kecenderungan buruk. Matiraga
jasmani itu hendaknya sampai pada kesembuhan batin untuk siap menyambut
Kristus. Berpuasa sebelum menyambut Komuni Kudus membangkitkan rasa
lapar dan haus secara jasmani sebagai simbol lapar dan haus secara
rohani. Memang kadang kita dengar banyak keberatan dengan alasan-alasan
yang logis / masuk akal untuk membatalkan puasa sebelum komuni ini,
tetapi kadang alasan itu justru menutup kelemahan / kekurangan yang ada
dalam diri, yakni ketidaksungguhan hati untuk menyiapkan diri demi saat
berahmat tersebut.
2.
Puasa satu jam sebelum komuni membantu orang siap berjumpa dengan
Tuhan. Dalam Perjanjian Lama, puasa mempersiapkan orang untuk menerima
kehadiran Allah dan berada di hadirat-Nya. Ambil misal: Musa berpuasa 40
hari 40 malam lamanya di Gunung Sinai sementara ia menulis sepuluh
perintah Allah. Elia berpuasa 40 hari 40 malam lamanya sementara ia
berjalan ke Gunung Horeb - Gunung Tuhan. Dalam Perjanjian Baru, Yesus
sendiri berpuasa 40 hari 40 malam lamanya sementara la mempersipkan diri
memulai pewartaan-Nya di depan umum.
3.
Yesus memang menganjurkan kita berpuasa karena puasa juga merupakan
latihan kerendahan hati, pengharapan dan kasih, yang adalah
kebajikan-kebajikan pokok yang kita rayakan dan kita mau timba dalam
perayaan ekaristi.
Apa
pun alasan kita berpuasa satu jam sebelum menyambut komuni, yang jelas
usaha jasmani itu harus sampai pada disposisi batin yang siap untuk
menerima kehadiran Kristus dalam perayaan ekaristi.
Pesan Akhir: “Yang Penting Tujuannya”
Peraturan
tentang berpuasa satu jam sebelum komuni, tidak berarti kita harus kaku
secara berlebihan atau juga tidak berarti kita menjadi sembrono dan
membuat apa saja yang kita mau. Paus Yohanes Paulus II dalam “Dominicare
Cenae” 1980, menyesalkan timbulnya persoalan di mana sebagian orang
tidak mempersiapkan diri secara pantas untuk menyambut komuni kudus.
“Wajiblah setiap kita mengusahakan persiapan iman sebaik-baiknya dalam
mempersiapkan diri menyambut Kristus secara pantas,” tulis paus dalam
satu himbauannya.
Nasihat ini sejalan dengan apa yang diungkapkan St Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus, “Jadi
barang siapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan
Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah
tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan
roti dan minum dari cawan itu.” Kita menyadari betapa
pentingnya persiapan lahir dan batin untuk menerima Kristus, maka sambil
mengucapkan salam bahagia untuk anak-anak komuni pertama, kita pun
boleh mohon sikap yang hormat dan pantas dalam menerima tubuh dan darah
Kristus.
oleh : P. Gregorius Kaha, SVD |
Komentar
Posting Komentar