Sudah sebulan ini bencana banjir melanda di hampir seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Hal ini membuat saya ngeri dan khawatir. Tapi saya teringat satu ayat dalam alkitab yang mengatakan "...tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi". Anda ingat tentang ayat ini? Ya, ayat itu merupakan salah satu janji Allah kepada Nuh setelah peristiwa air bah yang memusnahkan seluruh isi bumi. Dan saya yakin Allah pasti akan menepati janjiNya yaitu tak akan membinasakan bumi dan seisinya dengan kumpulan air yang dahsyat. Amin.
Dalam alkitab sendiri kisah Nuh tidak terlalu banyak diekspos. Kisah Nuh dimulai di Kejadian 6 : 1 dan berakhir di Kejadian 10 : 32.
Teladan yang diberikan Nuh kepada kita adalah memiliki iman yang besar dalam menaati
perintah Tuhan. Nuh bertekad untuk melakukan perintah-Nya meskipun
harapan yang dijanjikan belum terlihat. Ketekunannya
membuat bahtera, meskipun dianggap gila.
Nuh adalah putra dari Lamekh, keturunan kesepuluh dari keturunan Set,
anak Adam. Ayah Lamekh adalah Metusalah dan ayah Metusalah adalah
Henokh. Nuh dilahirkan kira-kira 1.056 tahun setelah Adam. Lamekh
berusia 182 tahun ketika Nuh dilahirkan.
Arti Nama Nuh
Menurut bahasa Ibrani, Nuh berasal dari kata Noah yang berarti
istirahat. Namun, banyak penafsir menghubungkan nama Nuh dengan akar
kata "nwkh" (dilihat dari etimologinya), yang artinya beristirahat.
Ada juga yang menyebut nama Nuh berasal dari kata Ibrani "Noa", yang
berarti "hinggap", "menentramkan", "berhenti", atau "istirahat"
(2 Raja-raja 2:15; Ratapan 5:5; Ulangan 5:14). Dengan demikian, nama
Nuh bisa dikatakan bermakna "sabat", "istirahat", dan "penghiburan".
Nuh memiliki seorang istri, tetapi nama istrinya ini tidak disebutkan
dalam Alkitab. Menurut Kitab Yobel (termasuk dalam kanon Gereja
Ortodoks Ethiopia) nama istrinya adalah Emzara. Tulisan-tulisan Midras
dan Kitab Yasar menyebutkan bahwa istri Nuh bernama Naamah. Nuh
memiliki tiga anak laki-laki yang bernama Sem, Yafet, dan Ham, yang
lahir sebelum air bah datang.
Nuh adalah seorang yang benar dan
beriman, dia mempunyai persekutuan dengan Allah (Kejadian 6:9). Dia
juga digambarkan sebagai seorang yang tidak bercela di antara
orang-orang pada zamannya (Kejadian 6:9). Oleh karena itu, Nuh
mendapatkan belas kasihan dari Tuhan Allah. Sebelum mendatangkan air
bah, Allah menyuruh Nuh untuk membuat bahtera yang sangat besar,
sehingga dia dan keluarganya selamat dari air bah itu. Nuh
mendengarkan Allah dan melakukan apa yang diperintahkan kepadanya,
sekalipun tetangga-tetangganya mengolok-oloknya.
Setelah beberapa tahun, Nuh berhasil menyelesaikan bahteranya. Nuh dan
istrinya, anak-anaknya dan para menantunya masuk dan tinggal di dalam
bahtera tersebut selama air bah melanda. Berbagai jenis makhluk hidup
yang berpasangan (binatang halal, binatang haram, burung-burung, dan
semua yang merayap di bumi) juga tinggal bersama mereka dalam bahtera
yang sama. Setelah semuanya masuk ke dalam bahtera, segala mata air
samudra raya terbelah dan tingkap-tingkap langit mencurahkan hujan
selama 40 hari 40 malam. Dalam peristiwa itu, semua makhluk yang tidak
masuk ke dalam bahtera mati binasa karena air meliputi seluruh
permukaan bumi. Air bah baru surut setelah 150 hari. Bahtera Nuh
akhirnya terdampar di salah satu puncak pegunungan Ararat (Armenia),
800 kilometer dari tempat semula (Kejadian 8:4). Tiga ratus tujuh
puluh tujuh hari setelah air bah terjadi, Nuh memeriksa apakah air bah
sudah surut (Kejadian 8:13-14). Setelah melepaskan seekor burung
merpati untuk ketiga kalinya dan burung itu tidak kembali, keluarlah
Nuh bersama-sama dengan anak-anaknya, istrinya, menantu-menantunya,
segala binatang liar, segala binatang melata, dan segala burung,
semuanya yang bergerak di bumi, masing-masing menurut jenisnya. Lalu
Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN. Ketika TUHAN mencium persembahan Nuh
yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: "Aku takkan
mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan
hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan
lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan"
(Kejadian 8:18-21). Sejak saat itu, Tuhan tidak pernah menghukum
manusia dengan air bah. Tanda perjanjian Tuhan dan Nuh adalah busur di
awan, ada yang menafsirkannya sebagai pelangi.
Nuh termasuk orang yang berumur panjang karena ketika anaknya yang
pertama lahir dia sudah berumur 500 tahun. Dia berusia 600 tahun saat
peristiwa air bah terjadi (Kejadian 7:11). Sesudah peristiwa air bah,
Nuh masih hidup 350 tahun (Kejadian 9:28). Setelah air bah surut, Nuh
menjadi petani di kebun anggur (Kejadian 9:20). Nuh meninggal pada
usia 950 tahun (Kejadian 9:29).
Menurut Kejadian 6:14-16, bahtera yang dibuat oleh Nuh terbuat dari
kayu gofir. Bahtera itu memiliki banyak ruang/petak. Bagian luar dan
dalam bahtera ditutup dengan pakal (kulit kayu, sabut). Ukuran panjang
bahtera Nuh adalah 300 hasta, lebarnya 50 hasta, dan tingginya 30
hasta. Bahtera tersebut memiliki atap dan pintu pada lambungnya dan
disusun dengan bentuk bertingkat bawah, tengah, dan atas.
Menurut tafsiran Full Life, kata Ibrani untuk "bahtera" berarti sebuah
kapal untuk mengapung (Kejadian 6:14 dan Keluaran 2:3,5). Bentuknya
mirip tongkang, namun tidak pasti dengan sudut persegi. Kemampuan
angkutnya sama dengan 300 gerbong barang kereta api. Telah dihitung
bahwa bahtera itu bisa menampung 7.000 jenis hewan. Dalam Ibrani 11:7
mengemukakan bahwa bahtera itu melambangkan Kristus, yang merupakan
sarana penyelamatan orang percaya dari hukuman dan kematian
(1 Petrus 3:20-21).
|
film ini berdasarkan kisah NUH tapi dibuat lebih modern |
Sebagai orang percaya, marilah senantiasa kita berdoa untuk keselamatan kita dan tentu saja bersyukur bahwa Tuhan itu baik.
Komentar
Posting Komentar